Cinta
yang buta membutakan mata hati yang suci hingga terkotori oleh hasrat.
Bisikan-bisikan iblis menyeruak, menembus aliran darah dan menghitamkan
hati Abidah. Karena rasa kesepian dan cinta yang
tak kunjung
diperolehnya selama ini, ia kehilangan akal sehat.
***
Pernahkah
kamu jatuh cinta? Jatuh cinta yang membuatmu menolak melihat dan
mendengar apa pun yang bertentangan dengan keinginan hati? Itulah yang
dirasakan Abidah kepada Munjid. Cinta yang membuat gadis itu tidak dapat
lagi melihat cinta Qushay kepadanya. Tidak pula ia mau mendengar
nasihat ibu dan teman-temannya.
Cinta itu telah membuat Abidah
memilih untuk berbelok dari jalan yang telah ditelusurinya. Cinta itu
membuatnya menempuh segala cara untuk mendapatkan Munjid, termasuk
menggunakan cara terlaknat.
Cinta buta. Disadari atau tidak,
dengan berlandaskan atas nama cinta, kita telah menyekutukan Sang
Khaliq. Namun, benarkah semua rasa yang membutakan Abidah itu cinta?
Bukan curahan hasrat yang berbalut pembenaran? Cara apa yang ia gunakan
untuk mendapatkan Munjid? Lalu, bagaimanakah sebenarnya cinta itu?
Membaca
novel ini akan menyentak kesadaran kita akan satu hal, bahwa cinta dan
mencintai itu sesungguhnya sesuatu yang sederhana. Selamat membaca!
Jika
Tuhan sama sekali tidak mendengarkan doa-doaku untuk mempertemukan
dengan kekasihku, untuk apalagi aku percaya pada-Nya? Pada akhirnya, aku
berteman dengan iblis. Antara sadar dan tidak, tanganku memaksa untuk
melakukan dan lidah telah berucap dengan iblis.